Kamis, 21 Juni 2012

SIMULASI PEDAGOGI DAN ANDRAGOGI

Anggota kelompok :
1. Dina Maharani                 11-055
2. Gustrispa Naomi              11-035
3. Fiorella S. Simatupang      11-091
Pada hari Sabtu lalu, tepatnya tanggal 16 Juni 2012, kami di berikan tugas oleh dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan untuk melakukan simulasi sederhana mengenai perbedaan Pedagogi dan Andragogi. Hal ini dilakukan agar dosen pengampu yakin bahwasanya peserta didiknya sudah benar-benar mengetahui perbedaan Pedagogi dan Andragogi.

Awalnya, peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok. Yang mana terdiri atas 3 orang. Kelompok saya beranggotakan Gustrispa Naomi, Fiorella dan saya sendiri. Setelah diskusi selama beberapa saat, kami menyepakati scenario untuk simulasinya. Kami mengambil setting ruang kelas anak TK untuk menjelaskan mengenai Pedagogi. Terlihat anak TK tersebut datang ke sekolah yang memang sudah menjadi kewajibannya untuk menuntut ilmu, bukan berasal dari kemauan dirinya sendiri. Ketika belajar, anak dijelaskan secara rinci oleh gurunya mengenai cara menggambar yang baik. Disini dijelaskan bahwa didalam Pedagogi, guru sebagai pendidik yang mengarahkan.

Berbeda dalam Andragogi. Kami mengambil setting di tempat kursus komputer. Terlihat peserta didik dating ke tempat kursus dengan kemauannya sendiri, bukan atas kewajiban. Melainkan bahwa ia memang merasa butuh akan ilmu tersebut. Didalam metode mengajar, peserta didik hanya di suruh mengerjakan tugas dan mengirimkannya ke e-mail pendidik. Tidak dijelaskan secara rinci apa-apa saja yang harus dilakukan oleh pesertanya. Jelas terlihat bahwa di dalam Andragogi, guru hanya berperan sebagai fasilitator.


Menurut saya, dengan adanya dilakukan simulasi sedemikian rupa, akan semakin menguatkan pemahaman peserta didik mengenai perbedaan Pedagogi dan Andragogi. Selain itu, simulasi juga menantang kreatifitas mahasiswa/i.

Kamis, 31 Mei 2012

TUGAS MINI PROYEK 2011/2012

Topik
Ruang lingkup Pendidikan Usia Pra-Sekolah
Judul
Dinamika dan Minat Belajar Anak Pra-Sekolah di Sakai Morrisons
Pendahuluan
            Anak pada usia dini (0-8 tahun) memiliki kemampuan belajar yang luar biasa. Khususnya pada masa kanak-kanak awal. Keinginan anak untuk belajar menjadikan ia aktif dan eksploratif. Anak belajar dengan seluruh panca inderanya untuk dapat memahami sesuatu, dan dalam waktu singkat ia akan beralih ke hal lain untuk dipelajari. Lingkunganlah yang kadang menjadikan anak terhambat dalam mengembangkan kemampuan belajarnya. Bahkan seringkali lingkungan mematikan keinginannya untuk bereksplorasi. Didalam ruang lingkup usia dini, terdapat tahap anak prasekolah.
            Pendidikan prasekolah merupakan pemberian pembelajaran kepada anak berusia 3-6 tahun dengan cara mendidik anak menggunakan metode  belajar sambil bermain mengenai berbagai hal sesuai dengan usia dan kemampuan perkembangan otaknya. Anak juga dilatih untuk mempersiapkan diri memasuki jenjang pendidikan dasar. Selain itu, di masa kini semakin banyak sekolah dasar yang menuntut calon muridnya sudah harus mampu membaca dan menulis. Maka dari itu, dalam jenjang pendidikan prasekolah, anak diajarkan untuk membaca dan menulis sehingga anak yang mendapatkan pendidikan prasekolah lebih siap melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan adanya situasi yang seperti dijelaskan diatas, kami ingin mengamati bagaimana respon dan minat yang ditunjukkan anak dengan mata pelajaran yang didapat disekolah.


Landasan Teori
            Friedrich Wilhelm Froebel (1782-1852) mendirikan kindergarten pertama pada tahun 1837, dengan rancangan kurikulum yang telah terstruktur untuk anak dalam mencapai pemahaman tentang lingkungan sekitarnya. Kurikulum yang dirancang Froebel meliputi pekerjaan atau kegiatan seni, keahlian dan pembangunan. Semua kegiatan yang dirancang dilakukan dalam bermain seperti bermain lilin, meronce, menggunting dan melipat kertas, bernyanyi, permainan, bahasa dan aritmetika. Pendidikan taman kanak-kanak perlu mengikuti sifat anak serta bermain merupakan suatu metode dari pendidikan dan cara dari anak untuk meniru kehidupan orang dewasa dengan wajar.
            Froebel mengatakan bahwa tahap ini merupakan masa permulaan pendidikan karena pada tahap ini anak sudah mulai bisa mengucapkan kata benda. Namun demikian, kata pertama yang diucapkan anak tersebut biasanya sedikit salah dan merupakan kewajiban orang tua atau pendampingnya untuk memperbaiki perkataan tersebut dengan mengucapkan kata yang disebutkan anak tersebut dengan benar. Selain pengucapan, Froebel juga menekankan mengenai bermain dan menarik hubungan antara bermain dengan pengalaman pendidikan. Menurut Froebel, bermain merupakan proses dimana perkembangan kepribadian sedang terjadi. Oleh karena itu, ruang gerak anak tidak boleh dibatasi karena apabila kegiatan seorang anak dibatasi maka itu sama dengan mengikat nalar anaknya karena ia tidak bebas untuk menjelajahi lingkungannya. Masa kanak-kanak ini berakhir apabila seorang anak sudah mempunyai pengalaman lahiriah dan menjadikannya sebagai pengalaman batiniah.
            Selain itu, John Dewey juga meyakini bahwa anak harus diberikan kegiatan yang bermanfaat sesuai tahap perkembangannya. Teori Dewey mengenai sekolah disebut sebagai “progressivism” yang lebih menekankan pada anak didik dan minat anak daripada mata pelajaran itu sendiri. Sehingga muncullah istilah “child-centered curriculum” dan “child-centered schools”.
            Menurut John Dewey, sekolah adalah lembaga penyelenggara pendidikan yang mempunyai maksud dan tujuan untuk membangkitkan sikap hidup demokratis dan untuk dikembangkan. Hal ini harus dilakukan dengan berpangkal pada pengalaman –pengalaman anak. Harus diakui bahwa tidak semua pengalaman bermanfaat, oleh karena itu sekolah harus memberikan “bahan pelajaran” sebagai pengalaman-pengalaman yang bermanfaat bagi masa depan anak sekaligus juga anak dapat mengalaminya sendiri. Sehingga anak didik dapat menyelidiki, menyaring dan sebagai pengatur pengalaman tadi.
 Progresivisme mengenai konsep belajar bertumpu pada anak didik. Disini anak didik dipandang sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan, dibandingkan makhluk lain, yaitu akal dan kecerdasan. Dan dalam proses pendidikanlah peserta didik dibina untuk meningkatkan keduanya.
Menurut progresivisme, proses pendidikan mempunyai dua segi, yaitu psikologis dan sosiologis. Dari segi sosiologis, pendidik harus dapat mengetahui tenaga-tenaga atau daya-daya yang ada pada anak didik yang akan dikembangkan. Psikologinya seperti yang berpengaruh di Amerika, yaitu pikologi dari aliran behaviorisme dan pragmatisme. Dari segi sosiologis, pendidik harus mengetahui ke mana tenaga-tenaga itu harus dibimbing. John Dewey mengatakan bahwa tenaga-tenaga pendidikan itu harus diabdikan pada kehidupan social, jadi mempunyai tujuan sosial. Maka pendidikan adalah proses sosial dan sekolah adalah suatu lembaga social.
            Selain Froebel dan Dewey, Montessori juga memiliki pemikiran yang banyak membawa pengaruh di seluruh dunia sampai saat ini. Sama seperti Froebel, Montessori memandang perkembangan anak usia dini sebagai suatu proses yang berkesinambungan. Hanya saja Montessori lebih memandang bahwa persepsi anak terhadap dunia sebagai dasar dari ilmu pengetahuan. Seluruh indra anak dilatih sehingga dapat menemukan hal-hal yang bersifat ilmu pengetahuan.
            Terdapat kritik terhadap Montessori. Karena Montessori kurang menekankan pada perkembangan bahasa dan social. Serta pada program Montessori yang tradisional, kurang menekankan pada perkembangan kreatifitas, musik dan seni.
Tujuan
1.      Untuk melihat kecenderungan minat anak pada beberapa pelajaran.
2.      Melihat keaktifan anak dalam kelas.
3.      Untuk melihat kesiapan anak pra-sekolah tersebut memasuki jenjang pendidikan formal.
4.      Melihat korelasi antara minat anak dengan suasana kelas.
Alat dan Bahan
1.      Alat tulis (kertas dan pulpen)
2.      Kamere digital
3.      Handphone
4.      Laptop
5.      Reward (pensil dan kue)

Subjek Observasi
11 orang murid Sakai Morrisons kelas KG B (8 orang hadir)

Analisis Data
Metode yang kami gunakan dalam menyelesaikan proyek pendidikan terhadap anak pra sekolah ini adalah sebagai berikut :
1.      Metode observasi
Pada proyek ini kami mengobservasi (mengamati) anak pra sekolah didalam kelasnya secara langsung. Kami melihat bagaimana keaktifan, respon dan interaksi anak-anak tersebut dalam kelas. Observasi kami lakukan dengan merekam, mengambil gambar, serta mencatat pengamatan kami secara tertulis.
2.      Metode wawancara
Metode wawancara kami lakukan dengan mengajukan  pertanyaan singkat kepada anak-anak pra sekolah secara langsung. Pertanyaannya adalah sebagai berikut :
-          Pelajaran apa yang paling diminati antara bahasa Inggris, Matematika dan Drama?
Kemudian anak-anak menjawab secara individual.
Kalkulasi Biaya
1.      Reward (Pensil Angry Bird) : Rp 30.000.00
2.      Kue (Brownies Amanda)      : Rp 39.000.00
3.      Transportasi                         : Rp 20.000.00
Total                                     : Rp 89.000.00

Jadwal Perencanaan


Kegiatan
Maret
April
Mei
Juni
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
Pemilihan Tema












Penentuan Judul












Diskusi Metode dan pelaksanaan












Pembuatan Pendahulan dan Landasan Teori












Pembelian Reward












Permohonan Surat Izin dari Fakultas












Konfirmasi Surat izin kepada kepala sekolah












Pelaksanaan Observasi












Diskusi untuk menganalisis data yang diperoleh












Diskusi untuk membuat kesimpulan akhir












Pembuatan Poster












Evaluasi












Posting Blog












Melaporkan hasil akhir kepada pihak Sakai Morrisons















Jadwal Pelaksanaan


No.
Kegiatan
Tanggal
Waktu
Tempat
1.
Diskusi pemilihan topik dan penentuan judul
30 Maret 2012
11.00 WIB
Kantin Fak. Psikologi
2.
Diskusi perencanaan kegiatan dan penentuan metode yang digunakan
11 April 2012
11.30 WIB
Kantin Fak. Psikologi
3.
Diskusi pembuatan pendahuluan dan landasan teori
11 April 2012
10.30 WIB
Kantin Fak. Psikologi
4.
Permohonan surat izin dari fakultas
4 Mei 2012
12.00 WIB
Ruang Akademik
5.
Suvei lokasi serta pengajuan surat permohonan ke Sakai Morrisons
12 Mei 2012
12.00 WIB
Sakai Morrisons
6.
Pembelian reward
15 Mei 2012
16.00 WIB
Pajus
7.
Pelaksanaan observasi
23 Mei 2012
08.00 WIB
Sakai Morrisons
8.
Menyusun hasil akhir observasi
26 Mei 2012
11.00 WIB
Kos Jenet
9.
Pembuatan poster
28 Mei 2012
13.15 WIB
Kos jenet
10.
Evaluasi
29 Mei 2012
11.00 WIB
Kantin Fak. Kedokteran
11.
Posting blog
1 Juni 2012
13.00 WIB
Rumah masing-masing
12.
Melaporkan hasil akhir ke Sakai Morrisons
4 Juni 2012
09.00 WIB
Sakai Morrisons



Evaluasi Jadwal


No.
Kegiatan
Tanggal Rencana Awal
Tanggal Pelaksanaan
Tempat
1.
Diskusi pemilihan topik dan penentuan judul
30 Maret 2012
30 Maret 2012
Kantin Fak. Psikologi
2.
Diskusi perencanaan kegiatan dan penentuan metode yang digunakan
11 April 2012
11 April 2012
Kantin Fak. Psikologi
3.
Diskusi pembuatan pendahuluan dan landasan teori
11 April 2012
11 April 2012
Kantin Fak. Psikologi
4.
Permohonan surat izin dari fakultas
4 Mei 2012
4 Mei 2012
Ruang Akademik
5.
Suvei lokasi serta pengajuan surat permohona ke Sakai Morrisons
12 Mei 2012
12 Mei 2012
Sakai Morrisons
6.
Pembelian reward
15 Mei 2012
15 Mei 2012
Pajus
7.
Pelaksanaan observasi
23 Mei 2012
23 Mei 2012
Sakai Morrisons
8.
Menyusun hasil akhir observasi
26 Mei 2012
26 Mei 2012
Kos Jenet
9.
Pembuatan poster
28 Mei 2012
28 Mei 2012
Kos jenet
10.
Evaluasi
29 Mei 2012
29 Mei 2012
Kantin Fak. Kedokteran
11.
Posting blog
29 Mei 2012
29 Mei 2012
Rumah masing-masing
12.
Melaporkan hasil akhir ke Sakai Morrisons
4 Juni 2012
4 Juni 2012
Sakai Morrisons



Hasil Observasi
Dalam observasi ini, memiliki sasaran awal 11 anak Sakai Morrisons. Namun hanya 8 anak yang hadir pada hari tersebut. 8 anak tersebut terdiri dari Danis, Dinesh, Noel, Tito, Tavleen, Syifa, Fatih dan Rizqie.
Jadwal pembelajaran di Sakai Morrisons School tingkat Kindergarten
Kami yang mana sebagai peneliti, tiba di lokasi tepat pukul 09.00 WIB. Observasi dimulai tepat ketika kami memasuki salah satu ruang kelas anak KG B. Kelas KG B adalah kelas untuk anak yang sudah siap memasuki jenjang pendidikan dasar.
Sebelum anak-anak memulai kelas mata pelajaran pertama, anak-anak mengikuti sesi Introduce Time. Dalam sesi ini, anak-anak mengulang mata pelajaran yang dipelajari di hari sebelumnya. Dikarenakan pada hari tersebut kami datang untuk mengobservasi, anak-anak memperkenalkan dirinya. Ketika kami memasuki kelas, anak-anak terlihat malu-malu dan cukup berisik. Dapat di maklumi karena anak prasekolah yang akan memasuki jenjang pendidikan dasar, sudah mulai tertarik ketika melihat lawan jenisnya.
Sekitar pukul 09.15, mata pelajaran dimulai. Satu mata pelajaran berdurasi 45 menit. Pelajaran pertama adalah English Language. Dalam mata pelajaran ini, anak terlihat sangat bersemangat. Mereka mengerti apa yang akan dan harus mereka lakukan. Anak-anak juga aktif menjawab pertanyaan yang di ajukan gurunya. Tidak hanya saat penjelasan dari guru saja, anak juga sangat bersemangat saat di berikan lembar kerja. Bukan hanya karena mereka mengerti dengan mata pelajarannya, tetapi juga memang tertarik dengan mata pelajarannya.
Dinamika kelas juga baik. Namun, ada beberapa anak yang kurang pay attention. Dari segi kemampuan, anak cukup baik dalam mengeja kata. Mereka cukup mengerti dengan apa yang guru katakan. Saat di berikan lembar kerja kedua, sebagian besar anak-anak protes namun tetap mengerjakannya dengan tekun.
Suasana belajar di dalam kelas
10 menit terakhir sebelum kelas bahasa Inggris usai, anak mulai tidak fokus. Dengan tegas, guru mengajarkan disiplin agar anak fokus kembali. Guru mengatakan, anak yang tidak disiplin adalah toddler. Anak langsung tertib kembali karena tidak terima jika disebut sebagai toddler. Setelah suasana kondusif kembali, guru mengajarkan cara membaca. Ada dua anak yang sedikit kesulitan saat membaca, tetapi di bantu dengan baik oleh gurunya.
Sebagai catatan, ada seorang anak yang saat teman-temannya yang lain di berikan tugas bahasa Inggris, dia malah di berikan tugas matematika. Awalnya kami bingung. Ternyata anak tersebut tidak melewati tahap KG A dan toddler. Jadi ia tidak memiliki fondasi yang baik sebagaimana kemampuan yang seharusnya sudah dapat di miliki anak ketika akan memasuki jenjang pendidikan dasar.
Kelas mata pelajaran pertama usai, di lanjutkan dengan snack time. Anak membawa bekal masing-masing dan terlihat saling makan dengan teratur dan santun. Anak tahu tata karma saat sedang makan. Anak juga menunjukkan rasa saling berbagi dengan temannya.
Mencuci tangan sebelum Snack time
Snack time :)
Setelah snack time, masuk ke sesi activity time. Activity time adalah sesi dimana anak me-refresh otak yang sebelumnya letih untuk belajar. Mereka melalui sesi ini dengan sangat bersemangat dan anak terlihat aktif. Disini anak di berikan puzzle, kertas gambar dan buku bacaan berbahasa Inggris. Cukup mengejutkan, ketika seorang anak ternyata dapat membaca buku cerita berbahasa Inggris. Namun ada seorang anak yang hanya mengumpulkan kartu yang mana ternyata mengakui bahwa ia belum dapat membaca.
Memasuki kelas selanjutnya adalah kelas matematika. Kelas kali ini, anak terlihat tidak terlalu berkonsentrasi. Tidak seperti di kelas pertama. Sehingga butuh waktu yang lebhi lama untuk menarik perhatian mereka agar fokus pada mata pelajaran. Meskipun perhatian anak telah fokus, responsifitas anak tidak sebaik di kelas pertama. Suasana kelas lebih tenang, terlihat anak mulai bosan.
Kali ini mereka mendapatkan pelajaran menghitung uang. Anak lebih banyak mengalami hambatan. Meskipun begitu, konsentrasi anak sangat terpusat ketika mengerjakan soal di papan tulisa dan lembar kerja.
Fokus! Mata pelajaran kedua, matematika.
Lanjut kelas terakhir yaitu kelas drama. Semangat anak meningkat kembali. Mereka sangat bersemangat dan menikmati peran sebagai super hero yang mereka lakoni. Anak di latih untuk ekspresif sesuai alur cerita dan bereksperimen dengan perannya. Memori anak juga sangat berperan disini, ketika sejumlah naskah di berikan untuk di hafal.
Tepat pukul 12.00 anak membereskan peralatannya kemudian berdoa bersama sebelum pulang. Setelah berdoa, kami menanyakan per individu kelas apa yang paling mereka suka. Sudah pasti anak lebih menyukai kelas drama yang mana lebih mengarah kepada hal yang bernuansa bermain di bandingkan mata pelajaran seperti bahasa Inggris dan matematika. Berkebalikan dari dugaan kami, ternyata anak lebih menyukai kelas matematika dibandingkan kelas bahasa. Padahal, anak terlihat lebih bersemangat di kelas bahasa. Dapat di simpulkan, anak merasa lebih tertantang dengan kelas matematika di banding kelas bahasa. Sebelum pulang, anak di berikan reward.

Kesimpulan
Dari hasil – hasil observasi dan wawancara yang telah kami kumpulkan dari proyek ini, dapat disimpulkan beberapa hal. Bahwa dari hasil observasi dinamika kelas yang kami lihat, dapat disimpulkan bahwa anak – anak tersebut paling berminat pada kelas drama. Hal tersebut karena anak – anak itu terlihat paling bersemangat dan antusias pada kelas tersebut. Saat ditanyakan secara langsung pun, anak – anak tersebut dengan serentak berkata bahwa mereka menyukai kelas seni tersebut.
Pada kelas Inggris anak – anak terlihat lebih antusias daripada kelas matematika. Awalnya kami menyimpulkan minat mereka lebih pada inggris . tetapi setelah kami lakukan wawancara langsung, ternyata mereka lebih banyak yang menggemari matematika. Jadi kami menyimpulkan, antusiasme di kelas inggris dikarenakan mereka masih segar karena kelas baru saja berlangsung, sedangkan pada kelas matematika mereka mulai lelah, dan cenderun g lebih diam karena berkonsentrasi.
Dan melihat keseluruhan dinamika kelas, kami menyimpulkan bahwa metode pengajaran yang dipakai pada Taman Kanak – kanak tersebut menggunakan teori yang dikeluarkan oleh John Dewey, yaitu Teori yang disebut sebagai “progressivism” yang lebih menekankan pada anak didik dan minat anak daripada mata pelajaran itu sendiri. Sehingga muncullah istilah “child-centered curriculum” dan “child-centered schools”.  Dapat dilihat dari hasil observasi , guru sebisa mungkin memberikan pelajaran yang berpusat pada anak didiknya. Pelajaran yang diberikan tidak hanya disampaikan, tetapi juga dipastikan bahwa setiap individu mengerti. Menurut John Dewey, sekolah adalah lembaga penyelenggara pendidikan yang mempunyai maksud dan tujuan untuk membangkitkan sikap hidup demokratis dan untuk dikembangkan. Hal ini harus dilakukan dengan berpangkal pada pengalaman –pengalaman anak. Hal tersebut terlihat pada dinamika kelas di TK sakai tersebut. Guru sebisa mungkin bertanya kepada setiap anak bagaimana pendapat mereka tentang pelajaran yang disampaikan, dan mendiskusikannya bersama, sehingga terbentuklah suasana yang demokratis.
Pengaruh teori Friedrich Wilhelm Froebel (1782-1852) juga kami lihat dalam dinamika kelas TK tersebut. Dimana Friedrich merancang kurikulum yang meliputi pekerjaan atau kegiatan seni, keahlian dan pembangunan. Semua kegiatan yang dirancang dilakukan dalam bermain. Dia mengatakan bahwa pendidikan taman kanak-kanak perlu mengikuti sifat anak serta bermain merupakan suatu metode dari pendidikan dan cara dari anak untuk meniru kehidupan orang dewasa dengan wajar. Menurut Froebel, bermain merupakan proses dimana perkembangan kepribadian sedang terjadi. Pendapat Froebel ini terlihat pada dinamika kelas tersebut, dimana ada waktu – waktu tertentu anak diberikan waktu untuk belajar dan mengeksplorasi dunia mereka. Pada pelajaran kesenian pun, pada waktu itu drama, anak – anak dibiarkan mengeksplorasi peran mereka. Disitu anak – anak meniru bagaimana perilaku orang dewasa lewat bermain peran mereka.

Testimonial
Dina Maharani Trg.
Ini merupakan pengalaman saya melakukan observasi secara langsung kepada anak TK. Merupakan pengalaman yang sangat mahal dan sangat berkesan. Dapat mengamati kegiatan anak secara langsung dan hal-hal alamiah yang biasa terjadi saat anak berusia akan memasuki jenjang pendidikan dasar. Ketika mengamati anak-anak tersebut, tidak dapat di pungkiri bahwa saya membandingkan dengan diri saya sendiri ketika berada di umur yang sama seperti mereka. Apa yang saya lakukan, apa yang tidak saya lakukan. Apa yang saya dapatkan, dan apa yang saya tidak dapatkan ketika duduk di bangku TK.
Melihat tingkah anak yang apa adanya, menjadikan saya seperti terbawa suasana mengikuti alur pemikiran mereka yang polos dan tulus. Sungguh pengalaman yang sangat berharga J
Rossie Janette G. G
Proyek ini merupakan pengalaman pertama bagi saya untuk terjun langsung ke lapangan dan melakukan observasi langsung kepada anak – anak TK. Pengalaman ini sangat berharga dan menjadi kenangan yang amat berkesan bagi saya. Anak – anak yang kami amati merupakan anak – anak yang aktif dan responsive, tetapi mereka sudah sangat teratur dan memiliki batasan yang disiplin. Sangat menarik melihat mereka belajar sambil bermain, dan mengamati tingkah mereka yang lucu. Semangat mereka untuk menerima pelajaran menyentuh hati saya, dan membuat saya mengintropeksi diri saya sendiri, bagaimana dengan semangat saya sendiri saat menerima pelajaran. Dan saya sangat setuju bila dikatakan, jenjang TK B ini merupakan jenjang persiapan seorang anak untuk masuk ke jenjang sekolah dasar. Karena saya  melihat pelajaran yang diberikan memang bertujuan untuk memberikan mereka bekal untuk masuk SD. Bukan saja bekal pengetahuan tetapi bekal psikologis dan cara – cara bersikap.
Dhara Puspita Hrp.
Melakukan tugas proyek mini merupakan pengalaman paling menyenangkan dan sangat berharga, terutama ketika dapat melakukan observasi secara langsung dengan anak – anak TK. Dengan adanya proyek mini ini juga, saya dapat secara langsung melihat cara belajar anak dan ketika anak mulai bosan dengan pelajaran yang diajarkan oleh guru, guru berusaha untuk menjadikan anak – anak tersebut kembali bersemangat dalam mengikuti pelajaran berikutnya.
POSTER

GALERI
Hasil karya seni KG B Sakai Morrisons School

Melatih kepemimpinan..



Setiap anak selesai mengerjakan tugas dengan baik,
anak di berikan stiker untuk ditempel di papan "Fun Sticker Chart"